Senin, 29 Oktober 2012

♥ Umar bin Khattab yang Adil dan Bijaksana ♥




Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Sahabat saudaraku fillah...khalifah Umar bin Khattab adalah salah seorang sahabat nabi yang terkenal adil, bijaksana dan sangat hati-hati jika hendak berbicara maupun menjatuhkan hukuman kepada rakyatnya. Kerendahan hati serta keramahannya tak perlu disangsikan. Kesholehan, keberanian, ketaqwaan dan keimanannya menjadikan nama beliau mencuat di antara sekian banyak sahabat nabi bagaikan kemilau bintang di antara bintang lainnya.


Perbendaharaan ilmunya mengenai fiqih dan ilmu lainnya begitu luas dan mendalam. Beliau ibarat luasnya samudra yang tak mudah diselami walau oleh mereka yang pandai sekalipun.


Abdullah bin Mas'ud berkata tentang keluasan ilmu Umar bin Khattab "Umar termasuk orang yang paling tahu di antara kita tentang Kitabullah ( Al-Qur'an) khususnya mengenai fiqih.


Selain itu, Khalifah Umar juga berjasa dalam meletakkan tahun Hijriah untuk hitungan tahun. Hitungan Hijriah dimulai dari Hijrah Rasulullah dari Mekah ke Madinah yang lazim disebut tahun Hijriah atau tahun Hijrah.


Pada masa pemerintahannya semakin ditingkatkan bidang pemerintahan seperti mengadakan hubungan pos perhubungan lalu lintas. Badan kehakiman juga dibentuk dan lebih disempurnakan dari yang telah ada.


Beliau adalah pahlawan besar yang terkenal di padang pasir karena kegagahan dan keberaniannya. Sebelum masuk Islam, beliau terkenal sebagai musuh Islam. Akan tetapi setelah Nur Ilahi meresap ke dalam hati sanubarinya, maka jadilah Umar pembela Islam yang gigih dan perkasa.


Khalifah Umar juga terkenal dengan ketegasannya dalam menegakkan kebenaran. Oleh sebab itu beliau mendapatkan gelar Al-Faruq yang artinya sangat tegas dalam membedakan kebenaran dan kebatilan.


Kata bijak Umar bin Khattab yang terkenal adalah "siapa yang melihatku berbelok dari kebenaran, maka luruskanlah aku ini."


Saudaraku, semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah ini. Salam santun erat silaturrahim dan ukhuwah fillah

♥•Teruntuk Insan Yang Mewarnai Hidupku •♥




Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Teruntuk insan yang telah mengisi hari-hariku..


Terimakasih hadirmu telah memberi bahagia tatkala ku rundung duka...


Kau mampu membuatku tersenyum dan menghapus derai air mata tatkala diri dalam nestapa..

Kau mampu mengobarkan kembali semangat yang padam tatkala ku lemah tanpa daya...


Kau mampu mengurangi luka tatkala ku tergores onak duri yang menyapa...


Aku bahagia... Sungguh itu tak dapat ku pungkiri...


Namun.. Tahukah dirimu apa yang terjadi di balik itu?


Dalam sendiri sering ku menangis pilu...


Merasa diri mengkhianati Rabb kita...


Jalinan kasih yang kita rangkai belumlah terbalut dalam ikatan yang diridhai-Nya...


Duhai dirimu yang telah memberi warna bagi hidupku...


Mampukah kau rasakan getaran qalbuku saatku tersedu?


Tatkala dirimu belum mampu menjadikan jalinan ini suci dalam naungan ridha-Nya..


Biarlah kita berjarak saja..

Jangan terus tanyakan aku ada di mana...


Karena aku masih ada di hatimu...


Diriku pun tak kan bertanya di manakah dirimu saat ini...


Karena namamu masih ku simpan rapi di sudut hati...


Maka..ingin ku bisikkan padamu..


Tatkala rindu mengharu biru ingatlah pada Rabb kita yang menciptakan rindu itu..


Tatkala rasa cinta mengalahkan logika ingatlah pada Allah karena Dia penentu segalanya...


Andai cinta dan rindu itu karena Allah biarlah Dia yang mengatur segalanya...


Walau kita berjarak andai ditaqdirkan berjodoh tentu kan bersatu jua...


Biarlah saat ini kita menjaga cinta dan rindu itu untuk mendekatkan diri kepada Allah sumber segala cinta..


Yakinlah tulang rusuk tak kan tertukar, jodoh telah digariskan... Semoga dengan keyakinan ini mampu menghalau rasa gundah yang mendera...

Foto: ♥•Teruntuk Insan Yang Mewarnai Hidupku •♥


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Teruntuk insan yang telah mengisi hari-hariku..


Terimakasih hadirmu telah memberi bahagia tatkala ku rundung duka...


Kau mampu membuatku tersenyum dan menghapus derai air mata tatkala diri dalam nestapa..

Kau mampu mengobarkan kembali semangat yang padam tatkala ku lemah tanpa daya...


Kau mampu mengurangi luka tatkala ku tergores onak duri yang menyapa...


Aku bahagia... Sungguh itu tak dapat ku pungkiri...


Namun.. Tahukah dirimu apa yang terjadi di balik itu?


Dalam sendiri sering ku menangis pilu...


Merasa diri mengkhianati Rabb kita...


Jalinan kasih yang kita rangkai belumlah terbalut dalam ikatan yang diridhai-Nya...


Duhai dirimu yang telah memberi warna bagi hidupku...


Mampukah kau rasakan getaran qalbuku saatku tersedu?


Tatkala dirimu belum mampu menjadikan jalinan ini suci dalam naungan ridha-Nya..


Biarlah kita berjarak saja..

Jangan terus tanyakan aku ada di mana...


Karena aku masih ada di hatimu...


Diriku pun tak kan bertanya di manakah dirimu saat ini...


Karena namamu masih ku simpan rapi di sudut hati...


Maka..ingin ku bisikkan padamu..


Tatkala rindu mengharu biru ingatlah pada Rabb kita yang menciptakan rindu itu..


Tatkala rasa cinta mengalahkan logika ingatlah pada Allah karena Dia penentu segalanya...


Andai cinta dan rindu itu karena Allah biarlah Dia yang mengatur segalanya...


Walau kita berjarak andai ditaqdirkan berjodoh tentu kan bersatu jua...


Biarlah saat ini kita menjaga cinta dan rindu itu untuk mendekatkan diri kepada Allah sumber segala cinta..


Yakinlah tulang rusuk tak kan tertukar, jodoh telah digariskan... Semoga dengan keyakinan ini mampu menghalau rasa gundah yang mendera...


Silahkan ditag/share.Salam santun erat silaturrahim dan ukhuwah fillah

UCAPAN SALAM PALING SEMPURNA


اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ ومغفراتحو وريذوانهو
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuhu
wamaghfiraatuhu waridhwaanuh

“Semoga keselamatan dan kesejahteraanNya, juga rahmat dan barakahNya serta ampunan dan kemuliaanNya dicurahkan oleh Allah SWT kepadamu.”

LANDASAN AL-QUR’AN & AL-HADITS
Surat Al-An`aam (6): 54
“Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah: ‘Salaamun ‘alaikum’.”

Surat An-Nuur (24): 61
“Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya.

Surat An-Nisaa (4): 87
“… dan apabila dirimu diberikan penghormatan dengan sesuatu ucapan hormat (seperti memberi salam) maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik daripadanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesunguhnya Allah senantiasa menghitung setiap sesuatu.”

Rasulullah s.a.w. bersabda: “Salam sebelum kalam (pembicaraan).” (Hadith Shahih Riwayat At-Tirmizi, no: 2699)

Dari Anas ra., ia berkata,
“Rasulullah saw bersabda kepadaku, ‘Wahai anakku, apabila kamu datang kepada keluargamu maka ucapkanlah salam, niscaya kamu dan keluargamu mendapat barakah’.”
(Hadith Hasan Shahih Riwayat At-Tirmizi)

PENJELASAN
Mengucapkan salam yang sebaik-baiknya sama dengan mendoakan saudara qt dengan sepenuh hati.

Mengucapkan salam, nilai ibadahnya sama dengan bershadaqah.

Terdapat 4 lafadz yang biasa digunakan untuk memberi salam kepada orang lain dengan masing-masing memiliki ganjaran pahalanya sendiri:
1. Assalamu’alaikum – 10 pahala, dikenal dengan SALAM MUSLIM
2. Assalamu’alaikum warahmatullaah- 20 pahala, dikenal dengan SALAM TA'ARUF.
3. Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh- 30 pahala, dikenal dengan SALAM UKUWAH.
4. Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuhu
wamaghfiraatuhu waridhwaanuh - 40 pahala, dikenal dengan SALAM DA'WAH.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Imran Ibnu Hussin ra., ia berkata:
”Seorang lelaki datang kepada Rasulullah saw dan mengucapkan ’Assalamu’alaikum’, maka dibalas salam oleh Rasulullah, dan ketika ia duduk, Rasulullah s.a.w. bersabda, ’(ganjaran pahalanya) Sepuluh.’
Kemudian datang seorang yang lain memberi salam ‘Assalamu’alaikum warahmatullaah’. Rasulullahpun membalas salam, ketika ia duduk, Rasulullah bersabda; ’(ganjaran pahalanya) Dua puluh.’
Kemudian datang orang yang ketiga dan mengucapkan Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh’, Rasulullah kembali membalas salamnya, dan ketika ia duduk, Rasulullah kembali bersabda; ’(ganjaran pahalanya) Tiga puluh’.”
(Hadits Shahih Riwayat Abu Dawud no. 5195 dan Tirmidzi no. 2689)

Dari Muadz bin Anas ra., ia melanjutkan,
“Kemudian datang lagi orang lain seraya mengucapkan: ‘Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuhu
wamaghfiraatuhu waridhwaanuh’. Rasulullah lalu membalas salam dan bersabda: ‘(ganjaran pahala) Empat puluh’. Dan Beliau bersabda lagi: ‘Demikianlah pahala amalan-amalan utama’.”
(Hadits Hasan Riwayat Abu Dawud)

Pengucapan salam ini telah berbilang tahun dipakai di padepokan q, Ilham Taqwa. Dan sebenarnya pengucapan salam ini, telah biasa digunakan saudara-saudara seiman qt dari Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam; juga pada beberapa website di internet.

KESIMPULAN
1. Bila seseorang muslim mengucapkan ”Assalamu’alaikum”, maka jawablah ”Wa’alaikumussalam warahmatullaah.”
2. Bila seseorang muslim mengucapkan ”Assalamu’alaikum warahmatullaah”, maka jawablah ”Wa’alaikumussalam warahmatullaahi wabarakaatuh.”
3. Bila seseorang muslim mengucapkan ” Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh”, maka jawablah ”Wa’alaikumussalam warahmatullaahi wabarakaatuhu
wamaghfiraatuhu waridhwaan.”

Tulisan ini hanya sebagai khasanah Islam dan himbauan saja, q berharap persoalan ini tidak menjadi sebuah penghalang dari silahturahmi qt semua, sebab masing-masing dari qt memiliki ijtihadnya sendiri-sendiri.Foto: UCAPAN SALAM PALING SEMPURNA

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ ومغفراتحو وريذوانهو
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuhu 
wamaghfiraatuhu waridhwaanuh

“Semoga keselamatan dan kesejahteraanNya, juga rahmat dan barakahNya serta ampunan dan kemuliaanNya dicurahkan oleh Allah SWT kepadamu.”

LANDASAN AL-QUR’AN & AL-HADITS
Surat Al-An`aam (6): 54 
“Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah: ‘Salaamun ‘alaikum’.”

Surat An-Nuur (24): 61
“Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya.

Surat An-Nisaa (4): 87 
“… dan apabila dirimu diberikan penghormatan dengan sesuatu ucapan hormat (seperti memberi salam) maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik daripadanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesunguhnya Allah senantiasa menghitung setiap sesuatu.”

Rasulullah s.a.w. bersabda: “Salam sebelum kalam (pembicaraan).” (Hadith Shahih Riwayat At-Tirmizi, no: 2699)

Dari Anas ra., ia berkata, 
“Rasulullah saw bersabda kepadaku, ‘Wahai anakku, apabila kamu datang kepada keluargamu maka ucapkanlah salam, niscaya kamu dan keluargamu mendapat barakah’.” 
(Hadith Hasan Shahih Riwayat At-Tirmizi)

PENJELASAN
Mengucapkan salam yang sebaik-baiknya sama dengan mendoakan saudara qt dengan sepenuh hati. 

Mengucapkan salam, nilai ibadahnya sama dengan bershadaqah.

Terdapat 4 lafadz yang biasa digunakan untuk memberi salam kepada orang lain dengan masing-masing memiliki ganjaran pahalanya sendiri: 
1. Assalamu’alaikum – 10 pahala, dikenal dengan SALAM MUSLIM
2. Assalamu’alaikum warahmatullaah- 20 pahala, dikenal dengan SALAM TA'ARUF.
3. Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh- 30 pahala, dikenal dengan SALAM UKUWAH.
4. Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuhu 
wamaghfiraatuhu waridhwaanuh - 40 pahala, dikenal dengan SALAM DA'WAH.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Imran Ibnu Hussin ra., ia berkata: 
”Seorang lelaki datang kepada Rasulullah saw dan mengucapkan ’Assalamu’alaikum’, maka dibalas salam oleh Rasulullah, dan ketika ia duduk, Rasulullah s.a.w. bersabda, ’(ganjaran pahalanya) Sepuluh.’
Kemudian datang seorang yang lain memberi salam ‘Assalamu’alaikum warahmatullaah’. Rasulullahpun membalas salam, ketika ia duduk, Rasulullah bersabda; ’(ganjaran pahalanya) Dua puluh.’ 
Kemudian datang orang yang ketiga dan mengucapkan Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh’, Rasulullah kembali membalas salamnya, dan ketika ia duduk, Rasulullah kembali bersabda; ’(ganjaran pahalanya) Tiga puluh’.” 
(Hadits Shahih Riwayat Abu Dawud no. 5195 dan Tirmidzi no. 2689)

Dari Muadz bin Anas ra., ia melanjutkan,
“Kemudian datang lagi orang lain seraya mengucapkan: ‘Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuhu 
wamaghfiraatuhu waridhwaanuh’. Rasulullah lalu membalas salam dan bersabda: ‘(ganjaran pahala) Empat puluh’. Dan Beliau bersabda lagi: ‘Demikianlah pahala amalan-amalan utama’.” 
(Hadits Hasan Riwayat Abu Dawud)

Pengucapan salam ini telah berbilang tahun dipakai di padepokan q, Ilham Taqwa. Dan sebenarnya pengucapan salam ini, telah biasa digunakan saudara-saudara seiman qt dari Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam; juga pada beberapa website di internet.

KESIMPULAN
1. Bila seseorang muslim mengucapkan ”Assalamu’alaikum”, maka jawablah ”Wa’alaikumussalam warahmatullaah.”
2. Bila seseorang muslim mengucapkan ”Assalamu’alaikum warahmatullaah”, maka jawablah ”Wa’alaikumussalam warahmatullaahi wabarakaatuh.”
3. Bila seseorang muslim mengucapkan ” Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh”, maka jawablah ”Wa’alaikumussalam warahmatullaahi wabarakaatuhu 
wamaghfiraatuhu waridhwaan.”

Tulisan ini hanya sebagai khasanah Islam dan himbauan saja, q berharap persoalan ini tidak menjadi sebuah penghalang dari silahturahmi qt semua, sebab masing-masing dari qt memiliki ijtihadnya sendiri-sendiri.

Sumber Page FB : Goresan Hikmah

Wallaahu’alam bish shawaab...‎
Buang jauh-jauh rasa putus asa itu....
Buang jauh-jauh rasa kecewa itu....
Buang jauh-jauh rasa sedih itu....
Buang jauh-jauh rasa keseorangan itu....

✔ Ukirlah senyuman dikala kesepian...
✔ Ukirlah senyuman dikala air mata bercucuran...
✔ Ukirlah senyuman dikala dirasakan diri lelah...
✔ Ukirlah senyuman dikala dirasakan kasih-Nya melebihi segala.

Membersihkan hati yang kotor


Ketika manusia sudah mulai malas beribadah kepada Allah SWT. Maka sebaiknya bersegeralah beristighfar untuk mendapatkan ampunan dari Allah SWT. Karena ketika kita membiarkan diri kita jauh dari Allah SWT. maka
hati sedikit demi sedikit akan kotor dan jika tidak segera di obati hati tersebut akan mengeras, sebagaimana di isyaratkan dalam al-Quran surat al-Baqarah :

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَي?َخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ

Artinya : " Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga hatimu seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal dari batu2 itu pasti ada sungai2 yang airnya memancar daripadanya. Adapula yang terbelah lalu kaluarlah mata air daripadanya. Dan adapula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah SWT. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan ". ( QS.al-Baqarah : 74 )

Oleh karena itu untuk menghindari kerasnya hati cepatlah kembali kepada Allah dengan memohon ampunan dari-Nya, sebagaiman Allah perintahkan kepada orang2 yang beriman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّ هِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Artinya : " Wahai orang2 yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah2an Tuhan kamu akan menghapus kesalahan2 mu dan memasukkan kamu kedalam surga2 yang mengalir dibawahnya sungai2, pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang2 yang beriman bersama dengannya, sedang cahaya mereka memancar dihadapan dan disebelah kanan mereka, sambil mereka berkata, " Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami, sungguh Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (SQ.at-Tahrim:8)
Foto: Membersihkan hati yang kotor

Ketika manusia sudah mulai malas beribadah kepada Allah SWT. Maka sebaiknya bersegeralah beristighfar untuk mendapatkan ampunan dari Allah SWT. Karena ketika kita membiarkan diri kita jauh dari Allah SWT. maka hati sedikit demi sedikit akan kotor dan jika tidak segera di obati hati tersebut akan mengeras, sebagaimana di isyaratkan dalam al-Quran surat al-Baqarah :

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَي?َخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ

Artinya : " Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga hatimu seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal dari batu2 itu pasti ada sungai2 yang airnya memancar daripadanya. Adapula yang terbelah lalu kaluarlah mata air daripadanya. Dan adapula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah SWT. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan ". ( QS.al-Baqarah : 74 )

Oleh karena itu untuk menghindari kerasnya hati cepatlah kembali kepada Allah dengan memohon ampunan dari-Nya, sebagaiman Allah perintahkan kepada orang2 yang beriman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّ هِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Artinya : " Wahai orang2 yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah2an Tuhan kamu akan menghapus kesalahan2 mu dan memasukkan kamu kedalam surga2 yang mengalir dibawahnya sungai2, pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang2 yang beriman bersama dengannya, sedang cahaya mereka memancar dihadapan dan disebelah kanan mereka, sambil mereka berkata, " Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami, sungguh Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (SQ.at-Tahrim:8)‎

Fi'ludzdzunuubi syu'mun" ~ Sadarilah bahwa perbuatan ma'siyat membawa pada KESIALAN & KEHINAAN DIRI, tidak ada orang mulia karena ma'siyat, kalaupun ia sukses dengan ma'siyat itu hanya soal waktu, tidak di dunia maka saat sakaratul maut, itulah yg disebut "istidraj".

1- Malulah kpd ALLAH yang ... selalu "MENGAWASI" setiap mahlukNYA (QS 89:14),
2 - Ma'siyat yg kau lakukan juga DIAWASI & DICATAT RA

PI MALAIKAT (QS 50:18)
3 - Ingatlah betapa besarnya nikmat ALLAH, Yang Maha Pemurah. Akankah digunakan nikmat ALLAH untuk ma'siyat kepadaNYA? (QS 82:6),
4 - Takutlah akan DAHSYAT SIKSA ma'siyat, ( QS 35:28).
5 - Ma'siyat membuat hati mati & melumpuhkan semangat ibadah & kehusyu'annya (QS 83:14), kalaupun sholat sangat sulit khusyu' & bawaannya sangat berat & malas.
6 - "Enaknya sesaat tetapi panjaaaaaang penderitaannya, yaitu Jahannam balasannya" (QS 3:197).

( KISAH ) DERMAWAN YG LAHIR DARI KEIMANAN


Dalam perjalanan dari Syam menuju Hijaz, Abdullah bin Abbas dan rombongan singgah di suatu tempat. Mereka kehabisan bekal. "Pergilah ke dusun yang terdekat. Mudah-mudahan kau berjumpa dengan orang
yang mempunyai susu atau makanan," kata Ibnu Abbas kepada seorang anggota rombongan.

Bersama beberapa pelayan, orang itu pun pergi. Di dusun terdekat, mereka berjumpa dengan seorang perempuan tua.

Mereka bertanya, "Apakah Anda mempunyai makanan yang dapat kami beli?" Perempuan itu menjawab bahwa dia tidak menjual makanan, tetapi dia mempunyai makanan (roti bakar) sekadar untuk keperluannya dan anak-anaknya.

Utusan Ibnu Abbas meminta sebagian dari roti bakar yang dimiliki keluarga perempuan itu. Tetapi, sang perempuan itu mengatakan, ia tidak akan memberikan roti bakar itu sebagian. "Kalau mau semuanya, ambillah," jawabnya. Ia menambahkan, "Memberi sebagian adalah suatu kekurangan sedangkan memberi semua itu adalah kesempurnaan dan keutamaan."

Singkat cerita, perempuan itu pun bertemu Ibnu Abbas dan mengatakan bahwa dia berasal dari kabilah Bani Kalb. Ibnu Abbas bertanya tentang kondisinya dan anak-anaknya. "Jika malam tiba, aku bertahan untuk tidak tidur. Aku melihat segalanya menyenangkan dan dunia ini tidak ada artinya, kecuali seperti yang saya peroleh."

Ibnu Abbas bertanya lagi. "Apa yang Anda simpan untuk anak-anakmu jika mereka datang nanti?" Perempuan itu menjawab, dia belajar dari pesan yang disampaikan oleh Hatim al-Thay�i. "Ada kalanya aku tidur kelaparan berkepanjangan sehingga aku dapatkan makanan-makanan yang baik-baik."

Ibnu Abbas kagum akan jawaban perempuan itu. Lalu, ia bertanya lagi, "Jika anak-anakmu datang dalam keadaan lapar, apa yang akan Anda lakukan?" Perempuan itu berkata, "Rupanya Tuan telah membesar-besarkan roti itu sehingga Tuan banyak bicara dan memikirkannya. Hilangkan itu, sebab hal itu dapat merusak jiwa dan menyeret ke arah kehinaan."

Atas hal ini, Ibnu Abbas memerintahkan anggota rombongan untuk mengundang anak-anak perempuan itu. Setelah tiba, Ibnu Abbas berkata, "Aku bermaksud akan memberikan sesuatu yang dapat kalian pergunakan untuk memperbaiki keadaan kalian."

Mereka menjawab, "Hal ini jarang terjadi, kecuali karena diminta atau karena membalas budi." Ibnu Abbas mengatakan, dia tidak bermaksud seperti itu, kecuali sekadar berbagi sebagai sesama tetangga di tempat itu dan pada malam itu.

"Hai Tuan, kami hidup dalam berkecukupan, karena itu berikanlah kepada orang yang lebih membutuhkannya. Tetapi, jika Tuan mau memberikannya juga tanpa diminta, kebaikan Tuan itu akan kami terima dan kami syukuri." Ibnu Abbas kemudian memberikan 10 ribu dirham dan 20 ekor unta kepada perempuan itu.

Kisah diatas memberi pelajaran kepada kita bahwa sifat dermawan tidak muncul dari kekayaan materi, tapi dari keimanan dan kekayaan jiwa. Semiskin dan sefakir apa pun keadaan seseorang, bila sifat dermawan melekat dalam dirinya, ia akan memberikan apa pun yang ia punyaFoto: ( KISAH ) DERMAWAN YG LAHIR DARI KEIMANAN 

Dalam perjalanan dari Syam menuju Hijaz, Abdullah bin Abbas dan rombongan singgah di suatu tempat. Mereka kehabisan bekal. "Pergilah ke dusun yang terdekat. Mudah-mudahan kau berjumpa dengan orang yang mempunyai susu atau makanan," kata Ibnu Abbas kepada seorang anggota rombongan.

Bersama beberapa pelayan, orang itu pun pergi. Di dusun terdekat, mereka berjumpa dengan seorang perempuan tua. 

Mereka bertanya, "Apakah Anda mempunyai makanan yang dapat kami beli?" Perempuan itu menjawab bahwa dia tidak menjual makanan, tetapi dia mempunyai makanan (roti bakar) sekadar untuk keperluannya dan anak-anaknya.

Utusan Ibnu Abbas meminta sebagian dari roti bakar yang dimiliki keluarga perempuan itu. Tetapi, sang perempuan itu mengatakan, ia tidak akan memberikan roti bakar itu sebagian. "Kalau mau semuanya, ambillah," jawabnya. Ia menambahkan, "Memberi sebagian adalah suatu kekurangan sedangkan memberi semua itu adalah kesempurnaan dan keutamaan."

Singkat cerita, perempuan itu pun bertemu Ibnu Abbas dan mengatakan bahwa dia berasal dari kabilah Bani Kalb. Ibnu Abbas bertanya tentang kondisinya dan anak-anaknya. "Jika malam tiba, aku bertahan untuk tidak tidur. Aku melihat segalanya menyenangkan dan dunia ini tidak ada artinya, kecuali seperti yang saya peroleh."

Ibnu Abbas bertanya lagi. "Apa yang Anda simpan untuk anak-anakmu jika mereka datang nanti?" Perempuan itu menjawab, dia belajar dari pesan yang disampaikan oleh Hatim al-Thay�i. "Ada kalanya aku tidur kelaparan berkepanjangan sehingga aku dapatkan makanan-makanan yang baik-baik."

Ibnu Abbas kagum akan jawaban perempuan itu. Lalu, ia bertanya lagi, "Jika anak-anakmu datang dalam keadaan lapar, apa yang akan Anda lakukan?" Perempuan itu berkata, "Rupanya Tuan telah membesar-besarkan roti itu sehingga Tuan banyak bicara dan memikirkannya. Hilangkan itu, sebab hal itu dapat merusak jiwa dan menyeret ke arah kehinaan."

Atas hal ini, Ibnu Abbas memerintahkan anggota rombongan untuk mengundang anak-anak perempuan itu. Setelah tiba, Ibnu Abbas berkata, "Aku bermaksud akan memberikan sesuatu yang dapat kalian pergunakan untuk memperbaiki keadaan kalian."

Mereka menjawab, "Hal ini jarang terjadi, kecuali karena diminta atau karena membalas budi." Ibnu Abbas mengatakan, dia tidak bermaksud seperti itu, kecuali sekadar berbagi sebagai sesama tetangga di tempat itu dan pada malam itu.

"Hai Tuan, kami hidup dalam berkecukupan, karena itu berikanlah kepada orang yang lebih membutuhkannya. Tetapi, jika Tuan mau memberikannya juga tanpa diminta, kebaikan Tuan itu akan kami terima dan kami syukuri." Ibnu Abbas kemudian memberikan 10 ribu dirham dan 20 ekor unta kepada perempuan itu.

Kisah diatas memberi pelajaran kepada kita bahwa sifat dermawan tidak muncul dari kekayaan materi, tapi dari keimanan dan kekayaan jiwa. Semiskin dan sefakir apa pun keadaan seseorang, bila sifat dermawan melekat dalam dirinya, ia akan memberikan apa pun yang ia punya

Sumber page FB : Yusuf Mansur Network‎

Allah Mengajarkan Cinta,,


Pernahkah hatimu merasakan kekuatan mencintai.

Kamu tersenyum meski hatimu terluka karena yakin ia milikmu...
Kamu menangis kala bahagia bersama karena yakin ia cintamu.
Cinta melukis bahagia, sedih, sakit hati, cemburu, berduka.
Dan hatimu tetap diwarnai mencintai, itulah dalamnya cinta.

Pernahkah cinta memerahkan hati membutakan mata.

Kepekatannya menutup mata hatimu

,
memabukkanmu sesaat di nirwana.

Dan kau tak bisa beralih dipeluk merdunya nyanyian bahagia semu.

Padahal sesungguhnya hanya kehampaan yang mengisi sisi gelap hatimu.
Itulah cinta karena manusia yang dibutakan nafsunya.

Cinta adalah pesan agung Allah pada umat manusia.

DitulisNya ketika mencipta makhluk-makhlukNYA di atas Arsy.
Cinta dengan ketulusan hati mengalahkan amarah.
Menuju kepatuhan pengabdian kepada Allah dan Rasulnya.
Dan saat pena cinta Allah mewarnai melukis hatimu,satu jam bersama serasa satu menit saja.

Ketika engkau memiliki cinta yang diajarkan Allah.

Kekasih menjadi lentera hati menerangi jalan menuju Illahi.
Membawa ketundukan tulus pengabdian kepada Allah dan RasulNya.

Namun saat cinta di hatimu dikendalikan dorongan nafsu manusia.

Alirannya memekatkan darahmu,
Membutakan mata hati dari kebenaran.

Saat kamu merasakan agungnya cinta yang diajarkan Allah.

Kekasih menjadi pembuktian pengabdian cinta tulusmu.
Memelukmu dalam ibadah menuju samudra kekal kehidupan tanpa batas.
Menjadi media amaliyah dan ketundukan tulus pengabdian kepada Allah.
Itulah cinta yang melukis hati mewarnai kebahagiaan hakiki.

Agungnya kepatuhan cinta Allah bisa ditemukan dikehidupan alam semesta.

Seperti thawafnya gugusan bintang, bulan, bumi dan matahari pada sumbunya.
Tak sedetikpun bergeser dari porosnya, keharmonisan berujung pada keabadian.
Keharmonisan pada keabadian melalui kekasih yang mencintai.
Karena Allah adalah kekasih Zat yang abadi.

Cintailah kekasihmu setulusnya maka Allah akan mencintaimu.

Karena Allah mengajarkan cinta tulus dan agung.
Cinta yang mengalahkan Amarah menebarkan keharmonisan.
Seperti ikhlas dan tulusnya cinta Rasul mengabdi pada Illahi.
Itulah cinta tertinggi menuju kebahagiaan hakiki.

♥ Cintai Aku Dengan Ketulusanmu ♥


Saat kau mencintai seseorang..
Cintailah dia dg ketulusan yg muncul dari dalam hatimu..
Ketulusan berarti kau mencintai dg ikhlas..
Tanpa harus mengharap imbalan atau balasan darinya utk mencintaimu..

Dan ketika kamu benar" tulus mencintainya..

Maka kamu akan terlelap pada ketenangan yg muncul dari jiwamu..
Ketenangan yg selalu menyegarkan hatimu saat mulai mela

yu..
Sungguh ketulusan yg sebenarnya adalah..
Ketika kamu selalu berlaku hanya dan demi untuknya..
Walau dia tidak pernah lakukan hal itu padamu..
Ketulusan yg kau berikan kepadanya adalah..
Sebuah pembebasan dari duka dan deritamu..

Karena ketulusan yg telah kau tanam hanya berbuah kebahagiaan..

Bukan kekecewaan yg menyesakkan dada..
Justeru jika engkau banyak mengharap cinta dari orang yg kau cintai..
Engkau akan sering mengalami siksaan bathin..
Karena saat itu kekhuatiran dan kegelisahan..
Selalu mengikutimu kemana hatimu bergerak..
Saat itu pula cintamu tidak pernah tegak berdiri dalam jiwamu..
Dimana jiwamu sedang terumbang ambing..
Diantara perasaan takut jikalau dia tidak mencintaimu..
Bahkan membencimu..

Dengan gerak hatimu untuk selalu berlaku jujur pada orang yg kamu cintai..

Tanpa ketulusan engkau tidak akan pernah bisa mengecap betapa manisnya madu cinta..
Karena ketulusan ibarat cawan tempat engkau meneguk madu tersebut..
Dan jika engkau belum boleh berlaku jujur..
Lihatlah kedalaman hatimu..
Agar dapat kau fahami rahasia hatimu..
Hingga akan kau temui seberkas cahaya kesadaran..
Yang akan mendorong hatimu utk jujur dan tulus..

"Dan kejujuran adalah asas bagi cinta sejati yg selalu ada di hati seorang pencinta..

Percayalah bahwa ketulusanmu adalah nafas cintamu".

Menata Timbangan Diri


“Sungguh beruntung orang yang mensucikan jiwa itu, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 9-10)
Maha Besar Allah yang telah menciptakan dunia begitu indah. Awan pekat berbondong-bondong digiring
angin. Hujan bersih menitik dari langit. Tumbuh-tumbuhan pun menghijau, menyegarkan pandangan mata. Dan, menyejukkan hati yang gelisah.
Saatnya diri untuk bercermin. Menengok seberapa kotor wajah karena terpaan debu kehidupan. Saatnyalah, menimbang diri dengan penuh kejernihan.

1.> Resapilah bahwa diri terlalu banyak dosa, bukan sebaliknya

Di antara bentuk kelalaian yang paling fatal adalah merasa tidak punya dosa. Yang kerap terbayang selalu pada kebaikan yang pernah dilakukan. Dari sinilah seseorang bisa terjebak pada memudah-mudahkan kesalahan. Bahkan, bisa menjurus pada kesombongan. “Sayalah orang yang paling baik. Pasti masuk surga!”

Dua firman Allah swt. menyiratkan orang-orang yang lalai seperti itu. “Katakanlah, ‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?’ Yaitu, orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS. Al-Kahfi: 103-104)

Bentuk lain dari sikap ini, adanya keengganan mencari fadhilah atau nilai tambah sebuah ibadah. Semua yang dilakukan cuma yang wajib. Keinginan menunaikan yang sunnah menjadi tidak begitu menarik. Ibadahnya begitu kering.

Padahal, Rasulullah saw. tak pernah lepas dari ibadah sunnah. Kaki Rasulullah saw. pernah bengkak karena lamanya berdiri dalam salat. Isteri beliau, Aisyah r.a., mengatakan, “Kenapa Anda lakukan itu, ya Rasulullah? Padahal, Allah sudah mengampuni dosa-dosa Anda?” Rasulullah saw. menjawab, “Apa tidak boleh aku menjadi hamba yang senantiasa bersyukur?”

Beliau saw. pun mengucapkan istighfar tak kurang dari tujuh puluh kali tiap hari. Setiapkali ada kesempatan, beliau saw. selalu memohon maaf kepada orang-orang yang sering berinteraksi dengan beliau. Beliau saw. khawatir kalau ada kesalahan yang tak disengaja. Kesalahan yang terasa ringan buat diri, tapi berat buat orang lain.

2.> Berlatih diri untuk menerima nasihat, dari siapapun datangnya

Boleh jadi, sebuah pepatah memang cocok buat diri kita: gajah di pelupuk mata tak tampak, sementara kuman di seberang lautan jelas terlihat. Kesalahan orang lain begitu jelas buat kita. Tapi, kekhilafan diri sendiri seperti tak pernah ada.

Jadi, tidak semua orang yang paham tentang teori salah dan dosa mampu mendeteksi dan mengoreksi kesalahan diri sendiri. Rasulullah saw. pernah menyampaikan hal itu dalam hadits yang diriwayatkan Muslim, “Pada hari kiamat seorang dihadapkan dan dilempar ke neraka. Orang-orang bertanya, ‘Hai Fulan, mengapa kamu masuk neraka sedang kamu dahulu adalah orang yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah perbuatan munkar?’ Orang tersebut menjawab, ‘Ya, benar. Dahulu aku menyuruh berbuat ma’ruf, sedang aku sendiri tidak melakukannya. Aku mencegah orang lain berbuat munkar sedang aku sendiri melakukannya.”

Dari situlah, seseorang butuh bantuan orang lain untuk menerima nasihat. Cuma masalah, seberapa cerdas seseorang menyikapi masukan. Kadang, emosi yang kerdil membuat si penerima nasihat banyak menimbang. Ia tidak melihat apa isi nasihat, tapi siapa yang memberi nasihat. Dan inilah di antara indikasi seseorang terjebak dalam sifat sombong. Sebuah sifat yang selalu menolak kebenaran, dan mengecilkan keberadaan orang lain.

3.> Paksakan diri untuk bermuhasabah secara rutin

Sukses-tidaknya hidup seseorang sangat bergantung pada kemampuan mengawasi diri. Seberapa banyak kebaikan yang diperbuat dan seberapa besar kesalahan yang terlakoni. Kalau hasil hitungan itu positif, syukur adalah sikap yang paling tepat. Tapi jika negatif, istighfarlah yang terus ia ucapkan. Kesalahan itu pun menjadi pelajaran, agar tidak terulang di hari esok.
Masalahnya, orang yang cenderung santai, sulit melakukan muhasabah secara jernih. Timbangannya selalu miring. Yang terlihat cuma kebaikan-kebaikan. Sementara, dosa dan kesalahan tenggelam dengan tumpukan angan-angan.

Muhasabah yang tidak jernih kerap menonjolkan amalan dari segi jumlah. Bukan mutu. Padahal, Allah swt. tidak sekadar melihat jumlah, tapi juga mutu. Bagaimana niat amal, seberapa besar kesadaran dan pemahaman dalam amal tersebut. Dan selanjutnya, sejauhmana produktivitas yang dihasilkan dari amal.

Bahkan boleh jadi, orang justru jatuh dalam kesalahan ketika proses amalnya menzhalimi orang lain. Atau, amal yang dilakukan menciderai hak orang lain. Umar bin Khaththab pernah memarahi seorang pemuda yang terus-menerus berada dalam masjid, sementara kewajibannya mencari nafkah terlalaikan.
Umar bin Khaththab pula yang pernah memberikan nasihat buat kita semua. “Hisablah diri kamu sebelum kamu dihisab. Timbanglah amalan kamu sebelum ia ditimbang. Dan bersiap-siaplah menghadapi hari kiamat (hari perhitungan).”

4.> Gandrungkan hati untuk tetap rindu pada lingkungan orang-orang saleh

Rasulullah saw. pernah bersabda, “Seseorang adalah sejalan dan sealiran dengan kawan akrabnya. Maka, hendaklah kamu berhati-hati dalam memilih kawan pendamping.” (HR. Ahmad)
Nasihat Rasul ini tentu tidak mengharamkan seorang mukmin mendekati orang-orang yang tinggal di lingkungan buruk. Karena justru merekalah yang paling berhak diajak kepada kebersihan Islam. Tapi, ada saat-saat tertentu, seseorang lebih cenderung berada pada lingkungan negatif daripada yang baik. Bukan karena ingin berdakwah, tapi karena ingin mencari kebebasan. Di situlah ia tidak mendapat halangan, teguran, dan nasihat. Nafsunya bisa lepas, bebas, tanpa batas.

Ketika seseorang berbuat dosa, sebenarnya ia sedang mengalami penurunan iman. Karena dosa sebenarnya bukan pada besar kecilnya. Tapi, di hadapan siapa dosa dilakukan. Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah memandang kecil (dosa), tapi pandanglah kepada siapa yang kamu durhakai.” (HR. Aththusi)
Foto: Menata Timbangan Diri
 
“Sungguh beruntung orang yang mensucikan jiwa itu, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 9-10)
Maha Besar Allah yang telah menciptakan dunia begitu indah. Awan pekat berbondong-bondong digiring angin. Hujan bersih menitik dari langit. Tumbuh-tumbuhan pun menghijau, menyegarkan pandangan mata. Dan, menyejukkan hati yang gelisah.
Saatnya diri untuk bercermin. Menengok seberapa kotor wajah karena terpaan debu kehidupan. Saatnyalah, menimbang diri dengan penuh kejernihan.

1.> Resapilah bahwa diri terlalu banyak dosa, bukan sebaliknya

Di antara bentuk kelalaian yang paling fatal adalah merasa tidak punya dosa. Yang kerap terbayang selalu pada kebaikan yang pernah dilakukan. Dari sinilah seseorang bisa terjebak pada memudah-mudahkan kesalahan. Bahkan, bisa menjurus pada kesombongan. “Sayalah orang yang paling baik. Pasti masuk surga!”

Dua firman Allah swt. menyiratkan orang-orang yang lalai seperti itu. “Katakanlah, ‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?’ Yaitu, orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS. Al-Kahfi: 103-104)

Bentuk lain dari sikap ini, adanya keengganan mencari fadhilah atau nilai tambah sebuah ibadah. Semua yang dilakukan cuma yang wajib. Keinginan menunaikan yang sunnah menjadi tidak begitu menarik. Ibadahnya begitu kering.

Padahal, Rasulullah saw. tak pernah lepas dari ibadah sunnah. Kaki Rasulullah saw. pernah bengkak karena lamanya berdiri dalam salat. Isteri beliau, Aisyah r.a., mengatakan, “Kenapa Anda lakukan itu, ya Rasulullah? Padahal, Allah sudah mengampuni dosa-dosa Anda?” Rasulullah saw. menjawab, “Apa tidak boleh aku menjadi hamba yang senantiasa bersyukur?”

Beliau saw. pun mengucapkan istighfar tak kurang dari tujuh puluh kali tiap hari. Setiapkali ada kesempatan, beliau saw. selalu memohon maaf kepada orang-orang yang sering berinteraksi dengan beliau. Beliau saw. khawatir kalau ada kesalahan yang tak disengaja. Kesalahan yang terasa ringan buat diri, tapi berat buat orang lain.

2.> Berlatih diri untuk menerima nasihat, dari siapapun datangnya

Boleh jadi, sebuah pepatah memang cocok buat diri kita: gajah di pelupuk mata tak tampak, sementara kuman di seberang lautan jelas terlihat. Kesalahan orang lain begitu jelas buat kita. Tapi, kekhilafan diri sendiri seperti tak pernah ada.

Jadi, tidak semua orang yang paham tentang teori salah dan dosa mampu mendeteksi dan mengoreksi kesalahan diri sendiri. Rasulullah saw. pernah menyampaikan hal itu dalam hadits yang diriwayatkan Muslim, “Pada hari kiamat seorang dihadapkan dan dilempar ke neraka. Orang-orang bertanya, ‘Hai Fulan, mengapa kamu masuk neraka sedang kamu dahulu adalah orang yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah perbuatan munkar?’ Orang tersebut menjawab, ‘Ya, benar. Dahulu aku menyuruh berbuat ma’ruf, sedang aku sendiri tidak melakukannya. Aku mencegah orang lain berbuat munkar sedang aku sendiri melakukannya.”

Dari situlah, seseorang butuh bantuan orang lain untuk menerima nasihat. Cuma masalah, seberapa cerdas seseorang menyikapi masukan. Kadang, emosi yang kerdil membuat si penerima nasihat banyak menimbang. Ia tidak melihat apa isi nasihat, tapi siapa yang memberi nasihat. Dan inilah di antara indikasi seseorang terjebak dalam sifat sombong. Sebuah sifat yang selalu menolak kebenaran, dan mengecilkan keberadaan orang lain.

3.> Paksakan diri untuk bermuhasabah secara rutin

Sukses-tidaknya hidup seseorang sangat bergantung pada kemampuan mengawasi diri. Seberapa banyak kebaikan yang diperbuat dan seberapa besar kesalahan yang terlakoni. Kalau hasil hitungan itu positif, syukur adalah sikap yang paling tepat. Tapi jika negatif, istighfarlah yang terus ia ucapkan. Kesalahan itu pun menjadi pelajaran, agar tidak terulang di hari esok.
Masalahnya, orang yang cenderung santai, sulit melakukan muhasabah secara jernih. Timbangannya selalu miring. Yang terlihat cuma kebaikan-kebaikan. Sementara, dosa dan kesalahan tenggelam dengan tumpukan angan-angan.

Muhasabah yang tidak jernih kerap menonjolkan amalan dari segi jumlah. Bukan mutu. Padahal, Allah swt. tidak sekadar melihat jumlah, tapi juga mutu. Bagaimana niat amal, seberapa besar kesadaran dan pemahaman dalam amal tersebut. Dan selanjutnya, sejauhmana produktivitas yang dihasilkan dari amal.

Bahkan boleh jadi, orang justru jatuh dalam kesalahan ketika proses amalnya menzhalimi orang lain. Atau, amal yang dilakukan menciderai hak orang lain. Umar bin Khaththab pernah memarahi seorang pemuda yang terus-menerus berada dalam masjid, sementara kewajibannya mencari nafkah terlalaikan.
Umar bin Khaththab pula yang pernah memberikan nasihat buat kita semua. “Hisablah diri kamu sebelum kamu dihisab. Timbanglah amalan kamu sebelum ia ditimbang. Dan bersiap-siaplah menghadapi hari kiamat (hari perhitungan).”

4.> Gandrungkan hati untuk tetap rindu pada lingkungan orang-orang saleh 

Rasulullah saw. pernah bersabda, “Seseorang adalah sejalan dan sealiran dengan kawan akrabnya. Maka, hendaklah kamu berhati-hati dalam memilih kawan pendamping.” (HR. Ahmad)
Nasihat Rasul ini tentu tidak mengharamkan seorang mukmin mendekati orang-orang yang tinggal di lingkungan buruk. Karena justru merekalah yang paling berhak diajak kepada kebersihan Islam. Tapi, ada saat-saat tertentu, seseorang lebih cenderung berada pada lingkungan negatif daripada yang baik. Bukan karena ingin berdakwah, tapi karena ingin mencari kebebasan. Di situlah ia tidak mendapat halangan, teguran, dan nasihat. Nafsunya bisa lepas, bebas, tanpa batas.

Ketika seseorang berbuat dosa, sebenarnya ia sedang mengalami penurunan iman. Karena dosa sebenarnya bukan pada besar kecilnya. Tapi, di hadapan siapa dosa dilakukan. Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah memandang kecil (dosa), tapi pandanglah kepada siapa yang kamu durhakai.” (HR. Aththusi)

Sumber :  http://www,dakwatuna,com/2008/menata-timbangan-diri/

Menata Timbangan Diri


“Sungguh beruntung orang yang mensucikan jiwa itu, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 9-10)
Maha Besar Allah yang telah menciptakan dunia begitu indah. Awan pekat berbondong-bondong digiring
angin. Hujan bersih menitik dari langit. Tumbuh-tumbuhan pun menghijau, menyegarkan pandangan mata. Dan, menyejukkan hati yang gelisah.
Saatnya diri untuk bercermin. Menengok seberapa kotor wajah karena terpaan debu kehidupan. Saatnyalah, menimbang diri dengan penuh kejernihan.

1.> Resapilah bahwa diri terlalu banyak dosa, bukan sebaliknya

Di antara bentuk kelalaian yang paling fatal adalah merasa tidak punya dosa. Yang kerap terbayang selalu pada kebaikan yang pernah dilakukan. Dari sinilah seseorang bisa terjebak pada memudah-mudahkan kesalahan. Bahkan, bisa menjurus pada kesombongan. “Sayalah orang yang paling baik. Pasti masuk surga!”

Dua firman Allah swt. menyiratkan orang-orang yang lalai seperti itu. “Katakanlah, ‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?’ Yaitu, orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS. Al-Kahfi: 103-104)

Bentuk lain dari sikap ini, adanya keengganan mencari fadhilah atau nilai tambah sebuah ibadah. Semua yang dilakukan cuma yang wajib. Keinginan menunaikan yang sunnah menjadi tidak begitu menarik. Ibadahnya begitu kering.

Padahal, Rasulullah saw. tak pernah lepas dari ibadah sunnah. Kaki Rasulullah saw. pernah bengkak karena lamanya berdiri dalam salat. Isteri beliau, Aisyah r.a., mengatakan, “Kenapa Anda lakukan itu, ya Rasulullah? Padahal, Allah sudah mengampuni dosa-dosa Anda?” Rasulullah saw. menjawab, “Apa tidak boleh aku menjadi hamba yang senantiasa bersyukur?”

Beliau saw. pun mengucapkan istighfar tak kurang dari tujuh puluh kali tiap hari. Setiapkali ada kesempatan, beliau saw. selalu memohon maaf kepada orang-orang yang sering berinteraksi dengan beliau. Beliau saw. khawatir kalau ada kesalahan yang tak disengaja. Kesalahan yang terasa ringan buat diri, tapi berat buat orang lain.

2.> Berlatih diri untuk menerima nasihat, dari siapapun datangnya

Boleh jadi, sebuah pepatah memang cocok buat diri kita: gajah di pelupuk mata tak tampak, sementara kuman di seberang lautan jelas terlihat. Kesalahan orang lain begitu jelas buat kita. Tapi, kekhilafan diri sendiri seperti tak pernah ada.

Jadi, tidak semua orang yang paham tentang teori salah dan dosa mampu mendeteksi dan mengoreksi kesalahan diri sendiri. Rasulullah saw. pernah menyampaikan hal itu dalam hadits yang diriwayatkan Muslim, “Pada hari kiamat seorang dihadapkan dan dilempar ke neraka. Orang-orang bertanya, ‘Hai Fulan, mengapa kamu masuk neraka sedang kamu dahulu adalah orang yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah perbuatan munkar?’ Orang tersebut menjawab, ‘Ya, benar. Dahulu aku menyuruh berbuat ma’ruf, sedang aku sendiri tidak melakukannya. Aku mencegah orang lain berbuat munkar sedang aku sendiri melakukannya.”

Dari situlah, seseorang butuh bantuan orang lain untuk menerima nasihat. Cuma masalah, seberapa cerdas seseorang menyikapi masukan. Kadang, emosi yang kerdil membuat si penerima nasihat banyak menimbang. Ia tidak melihat apa isi nasihat, tapi siapa yang memberi nasihat. Dan inilah di antara indikasi seseorang terjebak dalam sifat sombong. Sebuah sifat yang selalu menolak kebenaran, dan mengecilkan keberadaan orang lain.

3.> Paksakan diri untuk bermuhasabah secara rutin

Sukses-tidaknya hidup seseorang sangat bergantung pada kemampuan mengawasi diri. Seberapa banyak kebaikan yang diperbuat dan seberapa besar kesalahan yang terlakoni. Kalau hasil hitungan itu positif, syukur adalah sikap yang paling tepat. Tapi jika negatif, istighfarlah yang terus ia ucapkan. Kesalahan itu pun menjadi pelajaran, agar tidak terulang di hari esok.
Masalahnya, orang yang cenderung santai, sulit melakukan muhasabah secara jernih. Timbangannya selalu miring. Yang terlihat cuma kebaikan-kebaikan. Sementara, dosa dan kesalahan tenggelam dengan tumpukan angan-angan.

Muhasabah yang tidak jernih kerap menonjolkan amalan dari segi jumlah. Bukan mutu. Padahal, Allah swt. tidak sekadar melihat jumlah, tapi juga mutu. Bagaimana niat amal, seberapa besar kesadaran dan pemahaman dalam amal tersebut. Dan selanjutnya, sejauhmana produktivitas yang dihasilkan dari amal.

Bahkan boleh jadi, orang justru jatuh dalam kesalahan ketika proses amalnya menzhalimi orang lain. Atau, amal yang dilakukan menciderai hak orang lain. Umar bin Khaththab pernah memarahi seorang pemuda yang terus-menerus berada dalam masjid, sementara kewajibannya mencari nafkah terlalaikan.
Umar bin Khaththab pula yang pernah memberikan nasihat buat kita semua. “Hisablah diri kamu sebelum kamu dihisab. Timbanglah amalan kamu sebelum ia ditimbang. Dan bersiap-siaplah menghadapi hari kiamat (hari perhitungan).”

4.> Gandrungkan hati untuk tetap rindu pada lingkungan orang-orang saleh

Rasulullah saw. pernah bersabda, “Seseorang adalah sejalan dan sealiran dengan kawan akrabnya. Maka, hendaklah kamu berhati-hati dalam memilih kawan pendamping.” (HR. Ahmad)
Nasihat Rasul ini tentu tidak mengharamkan seorang mukmin mendekati orang-orang yang tinggal di lingkungan buruk. Karena justru merekalah yang paling berhak diajak kepada kebersihan Islam. Tapi, ada saat-saat tertentu, seseorang lebih cenderung berada pada lingkungan negatif daripada yang baik. Bukan karena ingin berdakwah, tapi karena ingin mencari kebebasan. Di situlah ia tidak mendapat halangan, teguran, dan nasihat. Nafsunya bisa lepas, bebas, tanpa batas.

Ketika seseorang berbuat dosa, sebenarnya ia sedang mengalami penurunan iman. Karena dosa sebenarnya bukan pada besar kecilnya. Tapi, di hadapan siapa dosa dilakukan. Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah memandang kecil (dosa), tapi pandanglah kepada siapa yang kamu durhakai.” (HR. Aththusi)
Foto: Menata Timbangan Diri
 
“Sungguh beruntung orang yang mensucikan jiwa itu, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 9-10)
Maha Besar Allah yang telah menciptakan dunia begitu indah. Awan pekat berbondong-bondong digiring angin. Hujan bersih menitik dari langit. Tumbuh-tumbuhan pun menghijau, menyegarkan pandangan mata. Dan, menyejukkan hati yang gelisah.
Saatnya diri untuk bercermin. Menengok seberapa kotor wajah karena terpaan debu kehidupan. Saatnyalah, menimbang diri dengan penuh kejernihan.

1.> Resapilah bahwa diri terlalu banyak dosa, bukan sebaliknya

Di antara bentuk kelalaian yang paling fatal adalah merasa tidak punya dosa. Yang kerap terbayang selalu pada kebaikan yang pernah dilakukan. Dari sinilah seseorang bisa terjebak pada memudah-mudahkan kesalahan. Bahkan, bisa menjurus pada kesombongan. “Sayalah orang yang paling baik. Pasti masuk surga!”

Dua firman Allah swt. menyiratkan orang-orang yang lalai seperti itu. “Katakanlah, ‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?’ Yaitu, orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS. Al-Kahfi: 103-104)

Bentuk lain dari sikap ini, adanya keengganan mencari fadhilah atau nilai tambah sebuah ibadah. Semua yang dilakukan cuma yang wajib. Keinginan menunaikan yang sunnah menjadi tidak begitu menarik. Ibadahnya begitu kering.

Padahal, Rasulullah saw. tak pernah lepas dari ibadah sunnah. Kaki Rasulullah saw. pernah bengkak karena lamanya berdiri dalam salat. Isteri beliau, Aisyah r.a., mengatakan, “Kenapa Anda lakukan itu, ya Rasulullah? Padahal, Allah sudah mengampuni dosa-dosa Anda?” Rasulullah saw. menjawab, “Apa tidak boleh aku menjadi hamba yang senantiasa bersyukur?”

Beliau saw. pun mengucapkan istighfar tak kurang dari tujuh puluh kali tiap hari. Setiapkali ada kesempatan, beliau saw. selalu memohon maaf kepada orang-orang yang sering berinteraksi dengan beliau. Beliau saw. khawatir kalau ada kesalahan yang tak disengaja. Kesalahan yang terasa ringan buat diri, tapi berat buat orang lain.

2.> Berlatih diri untuk menerima nasihat, dari siapapun datangnya

Boleh jadi, sebuah pepatah memang cocok buat diri kita: gajah di pelupuk mata tak tampak, sementara kuman di seberang lautan jelas terlihat. Kesalahan orang lain begitu jelas buat kita. Tapi, kekhilafan diri sendiri seperti tak pernah ada.

Jadi, tidak semua orang yang paham tentang teori salah dan dosa mampu mendeteksi dan mengoreksi kesalahan diri sendiri. Rasulullah saw. pernah menyampaikan hal itu dalam hadits yang diriwayatkan Muslim, “Pada hari kiamat seorang dihadapkan dan dilempar ke neraka. Orang-orang bertanya, ‘Hai Fulan, mengapa kamu masuk neraka sedang kamu dahulu adalah orang yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah perbuatan munkar?’ Orang tersebut menjawab, ‘Ya, benar. Dahulu aku menyuruh berbuat ma’ruf, sedang aku sendiri tidak melakukannya. Aku mencegah orang lain berbuat munkar sedang aku sendiri melakukannya.”

Dari situlah, seseorang butuh bantuan orang lain untuk menerima nasihat. Cuma masalah, seberapa cerdas seseorang menyikapi masukan. Kadang, emosi yang kerdil membuat si penerima nasihat banyak menimbang. Ia tidak melihat apa isi nasihat, tapi siapa yang memberi nasihat. Dan inilah di antara indikasi seseorang terjebak dalam sifat sombong. Sebuah sifat yang selalu menolak kebenaran, dan mengecilkan keberadaan orang lain.

3.> Paksakan diri untuk bermuhasabah secara rutin

Sukses-tidaknya hidup seseorang sangat bergantung pada kemampuan mengawasi diri. Seberapa banyak kebaikan yang diperbuat dan seberapa besar kesalahan yang terlakoni. Kalau hasil hitungan itu positif, syukur adalah sikap yang paling tepat. Tapi jika negatif, istighfarlah yang terus ia ucapkan. Kesalahan itu pun menjadi pelajaran, agar tidak terulang di hari esok.
Masalahnya, orang yang cenderung santai, sulit melakukan muhasabah secara jernih. Timbangannya selalu miring. Yang terlihat cuma kebaikan-kebaikan. Sementara, dosa dan kesalahan tenggelam dengan tumpukan angan-angan.

Muhasabah yang tidak jernih kerap menonjolkan amalan dari segi jumlah. Bukan mutu. Padahal, Allah swt. tidak sekadar melihat jumlah, tapi juga mutu. Bagaimana niat amal, seberapa besar kesadaran dan pemahaman dalam amal tersebut. Dan selanjutnya, sejauhmana produktivitas yang dihasilkan dari amal.

Bahkan boleh jadi, orang justru jatuh dalam kesalahan ketika proses amalnya menzhalimi orang lain. Atau, amal yang dilakukan menciderai hak orang lain. Umar bin Khaththab pernah memarahi seorang pemuda yang terus-menerus berada dalam masjid, sementara kewajibannya mencari nafkah terlalaikan.
Umar bin Khaththab pula yang pernah memberikan nasihat buat kita semua. “Hisablah diri kamu sebelum kamu dihisab. Timbanglah amalan kamu sebelum ia ditimbang. Dan bersiap-siaplah menghadapi hari kiamat (hari perhitungan).”

4.> Gandrungkan hati untuk tetap rindu pada lingkungan orang-orang saleh 

Rasulullah saw. pernah bersabda, “Seseorang adalah sejalan dan sealiran dengan kawan akrabnya. Maka, hendaklah kamu berhati-hati dalam memilih kawan pendamping.” (HR. Ahmad)
Nasihat Rasul ini tentu tidak mengharamkan seorang mukmin mendekati orang-orang yang tinggal di lingkungan buruk. Karena justru merekalah yang paling berhak diajak kepada kebersihan Islam. Tapi, ada saat-saat tertentu, seseorang lebih cenderung berada pada lingkungan negatif daripada yang baik. Bukan karena ingin berdakwah, tapi karena ingin mencari kebebasan. Di situlah ia tidak mendapat halangan, teguran, dan nasihat. Nafsunya bisa lepas, bebas, tanpa batas.

Ketika seseorang berbuat dosa, sebenarnya ia sedang mengalami penurunan iman. Karena dosa sebenarnya bukan pada besar kecilnya. Tapi, di hadapan siapa dosa dilakukan. Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah memandang kecil (dosa), tapi pandanglah kepada siapa yang kamu durhakai.” (HR. Aththusi)

Sumber :  http://www,dakwatuna,com/2008/menata-timbangan-diri/

Kisah Menakjubkan Ummu Najwa


Tangisnya melengking memecah malam saat ia dilahirkan. Tangisnya adalah kebahagiaan kami setelah sekian lama menantinya. la hadir di tengah putus asa kami setelah diagnosa dokter bahwa kami akan sulit punya mom
ongan. Dan itulah keajaiban karunia Allah pada keluarga kecilku ….

***

Aku dan suami menikah hampir dua puluh tahun lalu. Aku dan suami berjumpa saat kami sama-sama menjadi TKI di Hongkong. Aku diperkenalkan oleh seorang kawan yang sama-sama bekerja di sana. Itupun aku tak menanggapi perkenalan dengan berlebihan. Aku memang pemalu dan tertutup. Semua terjadi sambil lalu. Apalagi kala itu niatku cuma satu, konsentrasi mencari biaya pengobatan untuk ibu yang stroke.

Aku lahir sebagai sulung dari empat bersaudara. Kami semua perempuan. Praktis sepeninggal bapak aku menjadi tulang punggung keluarga. Selepas lulus SMU, aku membantu ibu berdagang. Alhamdulillah, dengan modal keuletan aku bisa berdagang mandiri dengan membuka toko kecil-kecilan. Semua berjalan baik selama hampir 3 tahun.

Dan semua berubah manakala bapak divonis kanker paru-paru. Toko akhirnya ludes terjual untuk pengobatan bapak. Apa yang kami usahakan tak berhasil. Bapak akhirnya tak tertolong. Setahun setelah kepergian bapak, darah tinggi ibu membuatnya mengalami stroke seluruh badan setelah terjatuh di kamar mandi. Toko milik ibu pun akhirnya bangkrut.

Itulah awal kisah yang membawaku menjadi TKW.

Uang yang kukirim dari Hongkong itulah yang kupakai untuk membiayai ibu dan adik-adik. Alhamdulillah, perlahan ibu berangsur sembuh. Saat keadaan mulai membaik, Allah mempertemukanku kembali dengan pria kenalanku dulu di sebuah rumah sakit Hongkong.

Singkat cerita kami akhirnya menikah setelah pulang ke Tanah Air, tanpa proses pacaran. Baru menikah seumurjagung, cobaan datang. Aku mengalami menstruasi yang tak kunjung henti. Dari diagnosa dokter aku divonis menderita kanker leher rahim. Duniaku menjadi gelap. Yang ada di benakku, bagaimana nanti nasib itu dan adik-adikku.

Terapi kujalani. Puluhan juta biaya keluar. Tubuhku tinggal tulang namun kesembuhan tak juga datang. Alhamdulillah, pertolongan Allah muncul. Seorang teman menyarankan berobat Sinshe. Saudaranya pernah menderita sakit yang sama dan berhasil sembuh. Dengan bismillah aku mencobanya. Dalam 25 hari penyakitku rontok dan dokter pun terheran-heran. Subhanallah, aku senang luar biasa.

Setahun dari kesembuhan, aku mengalami sakit perut yang luar biasa, hingga keringat dingin bercucuran. Saat itu aku terlambat menstruasi sehari. Alhasil aku opname karena sakit tak mereda. Obat sudah diberi, tapi nyeri makin menjadi. Setelah menjalani serangkaian diagnosa ternyata aku hamil di luar kandungan!!

Dokter memutuskan agar aku menjalani operasi. Kabar bahagia itu berubah menjadi mengerikan. Aku akhirnya pasrah setelah dokter bilang tak ada cara lain untuk menyelamatkan calon janinku.

Dua tahun berikutnya, aku kembali berjuang melawan kanker rahim dan mioma sekaligus. Seperti dulu lagi, saat menstruasi aku sering merasakan sakit yang sangat. Darah keluar banyak hingga berpekan-pekan.Saat kubawa ke dokter hasilnya mengejutkanku dan suami. Sempat aku menangis karena takut, sedih juga tak percaya dengan apa yang menimpaku. Rasanya baru kemarin aku lepas dari lubang buaya, kini masuk ke mulut harimau. Alhamdulillah dukungan keluarga dan suami menguatkan aku. Aku berjuang mencari kesembuhan hingga hampir tiga tahun kedepan.

Meski lelah lahir batin dan materi, kami tak putus asa. Aku sangat bersyukur memiliki suami yang rela dan setia menemaniku saat susah dan senang. Sedikit pun ia tak mengeluh dengan keadaan dan kesempitan yang menimpa kami bertubi-tubi. la selalu memintaku positive thinking dan bersyukur atas semua keadaan yang kualami. Memasuki tahun ketiga, sakitku mulai mereda. Tanda-tanda kesembuhan mulai nampak. Kondisiku berangsur membaik. Namun dokter bilang aku akan sulit memperoleh keturunan bila kondisi rahimku terus digerogoti penyakit menakutkan ini. Bisa sehat saja, itu sudah luar biasa.

Saat masa penyembuhan itulah aku mengandung. Aku bahagia, tapi suamiku dan dokter sangat khawatir. Bahkan dokter memintaku menggugurkan kandungan dengan alasan kesehatanku dan khawatir janin tak berkembang baik. Namun aku bersikukuh mempertahankannya.

Subhanallah, perkiraan dokter meleset. Kekhawatiran suami akan kondisi kesehatanku tak terbukti. Selama mengandung aku baik-baik saja, janinku berkembang sehat. Bahkan selama mengandung aku sama sekali tak minum obat kanker pemberian dokter dan sama sekali itu tak membuat aku drop atau sakit-sakitan. Aku hanya minum vitamin dan madu serta makanan sehat lain.

Dengan persalinan normal, bayiku lahir sembilan bulan kemudian. Semua lancar. Bayiku dipastikan sehat, begitu pula diriku. Tangis bayiku hari itu adalah kebahagiaan kami semua. Dia keajaiban bagi kami setelah sembilan tahun aku bolak balik menderita kanker rahim. Ia hadiah indah di rumah kecilku, menyusul kemudian dua adik kembarnya. Karena setelah itu, rahimku tak lagi bisa diselamatkan. Kini aku benar-benar telah sembuh, Insya Allah. Dan mudah-mudahan Allah senantiasa menjaga kami semua, serta menjadikan Najwa dan adik-adiknya anak-anak yang shalihah. (***)

Foto: Kisah Menakjubkan Ummu Najwa

Tangisnya melengking memecah malam saat ia dilahirkan. Tangisnya adalah kebahagiaan kami setelah sekian lama menantinya. la hadir di tengah putus asa kami setelah diagnosa dokter bahwa kami akan sulit punya momongan. Dan itulah keajaiban karunia Allah pada keluarga kecilku ….

***

Aku dan suami menikah hampir dua puluh tahun lalu. Aku dan suami berjumpa saat kami sama-sama menjadi TKI di Hongkong. Aku diperkenalkan oleh seorang kawan yang sama-sama bekerja di sana. Itupun aku tak menanggapi perkenalan dengan berlebihan. Aku memang pemalu dan tertutup. Semua terjadi sambil lalu. Apalagi kala itu niatku cuma satu, konsentrasi mencari biaya pengobatan untuk ibu yang stroke.

Aku lahir sebagai sulung dari empat bersaudara. Kami semua perempuan. Praktis sepeninggal bapak aku menjadi tulang punggung keluarga. Selepas lulus SMU, aku membantu ibu berdagang. Alhamdulillah, dengan modal keuletan aku bisa berdagang mandiri dengan membuka toko kecil-kecilan. Semua berjalan baik selama hampir 3 tahun.

Dan semua berubah manakala bapak divonis kanker paru-paru. Toko akhirnya ludes terjual untuk pengobatan bapak. Apa yang kami usahakan tak berhasil. Bapak akhirnya tak tertolong. Setahun setelah kepergian bapak, darah tinggi ibu membuatnya mengalami stroke seluruh badan setelah terjatuh di kamar mandi. Toko milik ibu pun akhirnya bangkrut.

Itulah awal kisah yang membawaku menjadi TKW.

Uang yang kukirim dari Hongkong itulah yang kupakai untuk membiayai ibu dan adik-adik. Alhamdulillah, perlahan ibu berangsur sembuh. Saat keadaan mulai membaik, Allah mempertemukanku kembali dengan pria kenalanku dulu di sebuah rumah sakit Hongkong.

Singkat cerita kami akhirnya menikah setelah pulang ke Tanah Air, tanpa proses pacaran. Baru menikah seumurjagung, cobaan datang. Aku mengalami menstruasi yang tak kunjung henti. Dari diagnosa dokter aku divonis menderita kanker leher rahim. Duniaku menjadi gelap. Yang ada di benakku, bagaimana nanti nasib itu dan adik-adikku.

Terapi kujalani. Puluhan juta biaya keluar. Tubuhku tinggal tulang namun kesembuhan tak juga datang. Alhamdulillah, pertolongan Allah muncul. Seorang teman menyarankan berobat Sinshe. Saudaranya pernah menderita sakit yang sama dan berhasil sembuh. Dengan bismillah aku mencobanya. Dalam 25 hari penyakitku rontok dan dokter pun terheran-heran. Subhanallah, aku senang luar biasa.

Setahun dari kesembuhan, aku mengalami sakit perut yang luar biasa, hingga keringat dingin bercucuran. Saat itu aku terlambat menstruasi sehari. Alhasil aku opname karena sakit tak mereda. Obat sudah diberi, tapi nyeri makin menjadi. Setelah menjalani serangkaian diagnosa ternyata aku hamil di luar kandungan!!

Dokter memutuskan agar aku menjalani operasi. Kabar bahagia itu berubah menjadi mengerikan. Aku akhirnya pasrah setelah dokter bilang tak ada cara lain untuk menyelamatkan calon janinku.

Dua tahun berikutnya, aku kembali berjuang melawan kanker rahim dan mioma sekaligus. Seperti dulu lagi, saat menstruasi aku sering merasakan sakit yang sangat. Darah keluar banyak hingga berpekan-pekan.Saat kubawa ke dokter hasilnya mengejutkanku dan suami. Sempat aku menangis karena takut, sedih juga tak percaya dengan apa yang menimpaku. Rasanya baru kemarin aku lepas dari lubang buaya, kini masuk ke mulut harimau. Alhamdulillah dukungan keluarga dan suami menguatkan aku. Aku berjuang mencari kesembuhan hingga hampir tiga tahun kedepan.

Meski lelah lahir batin dan materi, kami tak putus asa. Aku sangat bersyukur memiliki suami yang rela dan setia menemaniku saat susah dan senang. Sedikit pun ia tak mengeluh dengan keadaan dan kesempitan yang menimpa kami bertubi-tubi. la selalu memintaku positive thinking dan bersyukur atas semua keadaan yang kualami. Memasuki tahun ketiga, sakitku mulai mereda. Tanda-tanda kesembuhan mulai nampak. Kondisiku berangsur membaik. Namun dokter bilang aku akan sulit memperoleh keturunan bila kondisi rahimku terus digerogoti penyakit menakutkan ini. Bisa sehat saja, itu sudah luar biasa.

Saat masa penyembuhan itulah aku mengandung. Aku bahagia, tapi suamiku dan dokter sangat khawatir. Bahkan dokter memintaku menggugurkan kandungan dengan alasan kesehatanku dan khawatir janin tak berkembang baik. Namun aku bersikukuh mempertahankannya.

Subhanallah, perkiraan dokter meleset. Kekhawatiran suami akan kondisi kesehatanku tak terbukti. Selama mengandung aku baik-baik saja, janinku berkembang sehat. Bahkan selama mengandung aku sama sekali tak minum obat kanker pemberian dokter dan sama sekali itu tak membuat aku drop atau sakit-sakitan. Aku hanya minum vitamin dan madu serta makanan sehat lain.

Dengan persalinan normal, bayiku lahir sembilan bulan kemudian. Semua lancar. Bayiku dipastikan sehat, begitu pula diriku. Tangis bayiku hari itu adalah kebahagiaan kami semua. Dia keajaiban bagi kami setelah sembilan tahun aku bolak balik menderita kanker rahim. Ia hadiah indah di rumah kecilku, menyusul kemudian dua adik kembarnya. Karena setelah itu, rahimku tak lagi bisa diselamatkan. Kini aku benar-benar telah sembuh, Insya Allah. Dan mudah-mudahan Allah senantiasa menjaga kami semua, serta menjadikan Najwa dan adik-adiknya anak-anak yang shalihah. (***)

Sumber : Ruang Diskusi Ch Olivia Wijaya

Seperti dikisahkan Ummu Najwa.

Keutamaan Shalat Isyroq


Jangan lupa membagikan artikel ini setelah membacanya

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ »

“Barangsiapa yang shalat subuh berjamaah, kemudian dia duduk – dalam riwayat lain: dia menetap di mesjid [1] – untuk berzikir kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian dia shalat dua rakaat, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala haji dan umrah, sempurna sempurna sempurna“ [2].

Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan duduk menetap di tempat shalat, setelah shalat shubuh berjamaah, untuk berzikir kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian melakukan shalat dua rakaat. [3]

Faidah-faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:

Shalat dua rakaat ini diistilahkan oleh para ulama [4] dengan shalat isyraq (terbitnya matahari), yang waktunya di awal waktu shalat dhuha [5].

Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “… sampai matahari terbit“, artinya: sampai matahari terbit dan agak naik setinggi satu tombak [6], yaitu sekitar 12-15 menit setelah matahari terbit [7], karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang shalat ketika matahari terbit, terbenam dan ketika lurus di tengah-tengah langit [8].

Keutamaan dalam hadits ini lebih dikuatkan dengan perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri, dari Jabir bin Samurah radhiyallahu anhu: bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika selesai melakukan shalat shubuh, beliau duduk (berzikir) di tempat beliau shalat sampai matahari terbit dan meninggi” [9].
Keutamaan dalam hadits ini adalah bagi orang yang berzikir kepada Allah di mesjid tempat dia shalat sampai matahari terbit, dan tidak berbicara atau melakukan hal-hal yang tidak termasuk zikir, kecuali kalau wudhunya batal, maka dia boleh keluar mesjid untuk berwudhu dan segera kembali ke mesjid [10].

Maksud “berzikir kepada Allah” dalam hadits ini adalah umum, termasuk membaca al-Qur’an, membaca zikir di waktu pagi, maupun zikir-zikir lain yang disyariatkan.

Pengulangan kata “sempurna” dalam hadits ini adalah sebagai penguat dan penegas, dan bukan berarti mendapat tiga kali pahala haji dan umrah [11].

Makna “mendapatkan (pahala) seperti pahala haji dan umrah” adalah hanya dalam pahala dan balasan, dan bukan berarti orang yang telah melakukannya tidak wajib lagi untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah jika dia mampu.
Foto: Keutamaan Shalat Isyroq

Jangan lupa membagikan artikel ini setelah membacanya

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ »

“Barangsiapa yang shalat subuh berjamaah, kemudian dia duduk – dalam riwayat lain: dia menetap di mesjid [1] – untuk berzikir kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian dia shalat dua rakaat, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala haji dan umrah, sempurna sempurna sempurna“ [2].

Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan duduk menetap di tempat shalat, setelah shalat shubuh berjamaah, untuk berzikir kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian melakukan shalat dua rakaat. [3]

Faidah-faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:

Shalat dua rakaat ini diistilahkan oleh para ulama [4] dengan shalat isyraq (terbitnya matahari), yang waktunya di awal waktu shalat dhuha [5].

Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “… sampai matahari terbit“, artinya: sampai matahari terbit dan agak naik setinggi satu tombak [6], yaitu sekitar 12-15 menit setelah matahari terbit [7], karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang shalat ketika matahari terbit, terbenam dan ketika lurus di tengah-tengah langit [8].

Keutamaan dalam hadits ini lebih dikuatkan dengan perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri, dari Jabir bin Samurah radhiyallahu anhu: bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika selesai melakukan shalat shubuh, beliau duduk (berzikir) di tempat beliau shalat sampai matahari terbit dan meninggi” [9].
Keutamaan dalam hadits ini adalah bagi orang yang berzikir kepada Allah di mesjid tempat dia shalat sampai matahari terbit, dan tidak berbicara atau melakukan hal-hal yang tidak termasuk zikir, kecuali kalau wudhunya batal, maka dia boleh keluar mesjid untuk berwudhu dan segera kembali ke mesjid [10].

Maksud “berzikir kepada Allah” dalam hadits ini adalah umum, termasuk membaca al-Qur’an, membaca zikir di waktu pagi, maupun zikir-zikir lain yang disyariatkan.

Pengulangan kata “sempurna” dalam hadits ini adalah sebagai penguat dan penegas, dan bukan berarti mendapat tiga kali pahala haji dan umrah [11].

Makna “mendapatkan (pahala) seperti pahala haji dan umrah” adalah hanya dalam pahala dan balasan, dan bukan berarti orang yang telah melakukannya tidak wajib lagi untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah jika dia mampu.

Sumber : muslim.or.id‎

Mencari KETENANGAN bukan KESENANGAN

Bismillah


carilah KETENANGAN


bukan KESENANGAN


karena yang Allah sapa adalah orang-orang yang berjiwa tenang,


bukan orang-orang yang berjiwa senang,

Siapa jiwa yang tenang ?


Jiwa yang sering berdzikir kepada Allah,


jiwa yang khusyu,


jiwa yang selalu dekat dengan Allah kapan dan dimana saja,


jiwa yang senantiasa mengadu dan bermunajat kepada Allah,


jiwa yang selalu bertafakkur akan kehidupan,


jiwa yang selalu menangisi dosa-dosa,


jiwa yang selalu rindu kepada Allah,


jiwa yang mencintai Nabi Muhammad Salallahu'alaihi Wasallam,


jiwa yang selalu berusaha untuk mendekat kepada Allah dalam keadaan rindu dan penuh cinta,


Wallahualam bishawab...


UHHIBUKUM FILAH


Semoga Bermanfaat
= Ibu Berusia 65 tahun, Buta huruf, Menghapal al-Quran selama 16 tahun. Bagaimana Dengan Kita? =

Seorang ibu bernama Ummu Muhammad (Wadhha Ath-Tahyyar) berusia 65 tahun.

Ia bercerita :"Proses penyimakan yang terus menerus dan alat perekam merupakan dua karunia Allah yang mempunyai andil besar dalam mewujudkan keinginan ku untuk menghafal al-Quran al-Karim.

Perjalanan hidup ku bersama hafalan a
l-Quran telah berjalan 16 tahun lamanya, tetapi sungguh aku sangat merasa kebahagiaan yang hakiki khususnya ketika aku baru mulai menghafal al-Quran.

Diantara unsur penting yang dapat membantu dalam menghafal adalah adanya niat yang jujur, ikhlas karena Allah semata, dan bersabar terhadap segala kesulitan. Sesungguhnya aku adalah seorang buta huruf yang tidak bisa membaca dan menulis sehingga aku banyak mendapatkan kesulitan yang luar biasa diawalnya. Namun segala puji hanya milik Allah, aku menggunakan alat perekam dan meminta pertolongan seorang guru wanita untuk datang kerumahku membaca al-Quran kepada ku dan menyimak hafalanku setiap harinya. Tidak lupa pula bahwa motivasi anak-anak ku yang tiada hentinya merupakan dorongan bagi ku untuk meneruskan kegiatanku dalam menghafal.

Karena buta huruf, maka ketergantungan ku pada indra pendengaran merupakan hal yang paling utama bagi ku. Ini merupakan salah satu karunia Allah sebagai ganti dari sifat buta hurufku sehingga bisa mewujudkan impianku mengkhatamkan al-Quran selama 16 tahun di lingkungan ahli al-Quran. Aku memohon kepada Allah agar menjadikan ku termasuk hamba - hamba-Nya ahli Quran, karena al-Quran adalah cahaya bagi manusia sewaktu didalam kuburnya.

Akhir kata aku mengajak saudari - saudari ku untuk menghafal al-Quran karena sesungguhnya hal tersebut mudah dan ringan sekali bagi siapa saja yang dimudahkan oleh Allah Ta'ala."

[Majalah Al-Usrah hal 15. Lihat, Agar Anak Mudah Menghafal al-Quran hal 132-133. Hamdan Hamud al-Hajiri. cet Darus Sunnah]

Subhanallah, bagaimana dengan kita yang masih muda, apalagi -alhamdulillah- sebagian kita tidak buta huruf? Kemana waktu kita pergi dan habiskan?

Mulailah, bacalah, hafallah, dan ulangilah

...PACARAN ITU HARAM..!!!!!


sebelumnya,mari kita mulai dengan adanya pertanyaan umum tentang "pacaran".. yaitu seperti ini..

pertanyaan:

Ada yang ingin saya tanyakan , apakah di dalam islam benar tidak diperbolehkan pacaran ? Yg ada hanya ta'aruf ? Tp saya pernah mendengar dari ustadz/ustadzah yg berkata bahwa pacaran itu boleh tetapi jangan mendekati zinah. Nah bagaimana pacaran yg seperti itu
? Apakah di perbolehkan dlm islam?
Ditunggu jawabannya :) syukron :)

Jawaban:

. Dalam ISLAM "tidak ada" yang namanya PACARAN. dan PACARAN tidak diperbolehkan.
Allah Subhanahu Wata'ala berfirman:
"Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk" (Q.S. Al-Israa': 32)

dan penjelasannya HUKUM mengenai pacaran itu sendiri....
maka,Telah jelas hukumnya Pacaran, berduaan dg yang bukan mahrom, berpelukan dg yg bukan mahrom, berpegangan dg yg bukan mahrom, hukumnya HARAM. Semua itu dikategorikan mendekati zina. tidak ada pertanyaan lain yang timbul setelah sesuatu dinyatakan HARAM oleh ALLAH , tinggal kita mau atau tidak menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah . karena ketika dua orang lelaki dan perempuan yang bukan mahrom berkhlawat (berduaan) maka sudah pasti mereka ditemani oleh Syetan, dan Syetan selalu mengajak manusia untuk bermaksiat kepada Allah.

Sahabat fillah..mari kita cermati..
Diantara perkara yang dapat mengatarkan seseorang kepada zina adalah:
[1]. Memandang wanita yang tidak halal baginya.
“Katakanlah (wahai nabi), kepada laki-laki yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka.” (An-Nur: 30-31)

[2]. Menyentuh wanita yang bukan mahramnya
“Ditetapkan atas anak cucu Adam bagiannya dari zina akan diperoleh hal itu tidak mustahil. Kedua mata zinanya adalah memandang (yang haram). Kedua telinga zinanya adalah mendengarkan (yang haram). Lisan zinanya adalah berbicara (yang haram). Tangan zinanya adalah memegang (yang haram). Kaki zinanya adalah melangkah (kepada yang diharamkan). Sementara hati berkeinginan dan berangan-angan, sedang kemaluan yang membenarkan semua itu atau mendustakannya.” (HR. Muslim no. 2657)

[3]. Berkhalwat (berduaan) di tempat sepi
“Tidaklah seorang lelaki berduaan dengan seorang wanita kecuali yang ketiganya adalah setan.” (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad)

[4]. Berpacaran

[5]. Berpelukan, berciuman, berpegangan. dengan yang bukan mahrom dan sebelum nikah.

[6]. Nah kalo yang kelima sudah terjadi maka pastilah orang tersebut berZINA.

Sahabat fillah..ketahuilah...
"mendekati zina" itu haram. jalan yang terbaik bagi dua insan yang terpaut oleh cinta adalah perNIKAHan dan bukan PACARAN, baru setelah nikah maka semuanya menjadi halal. jangan jadikan "CINTA" sebagai alasan untuk bermaksiat kepada ALLAH SWT, karena ALLAH SWT menciptakan CINTA dengan fitrahnya yang suci. Jangan nodai CINTA dengan PACARAN.

Istilah Ta'aruf adalah bagi seseorang yang ingin mengambil jalan yang diridhoi oleh Allah tanpa berdosa kepada-Nya. dan ta'arruf ini akan terjadi jika seseorang merasa tertarik atau sudah meminta untuk segera menikah maka orang tersebut akan dita'arufkan dengan orang yang diinginkan, nah kalo dari hasil ta'aruf ini adalah persetujuan antara dua belah pihak untuk menikah maka akan dilanjutkan ke jenjang perNIKAHan. jika tidak maka ya sudah, yang ada hanya tali persaudaraan sesama muslim dan Mu'min.

Mungkin gampangnya seperti ini. PACARAN itu mungkin dibolehkan. dengan kriteria Tidak mendekati zina seperti berikut:

1 Ketika bertemu antara seorang laki2 dan seorang perempuan, maka harus di sertai dengan mahromnya si perempuan, yang sudah baligh dan tentunya mengerti akan hukum "Mendekati zina dan Berzina". Jangan berkhalwat/berduaan ditempat sepi.

2 Kalo berkendara motor atau mobil berdua maka tempat duduk antara si perempuan dan si laki2 harus ada pemisah atau hijab sebagai contoh papan atau teriplek. bukan pemisah dari bahan yang tipis dan tembus pandang seperti kain.

3 Saling menundukan pandangan ketika bertemu, tidak saling bertatap muka satu dengan yang lainnya.

4 Tidak bersentuhan antara si laki2 dan perempuan.

5 Jangan ada niatan untuk berduaan, bersentuhan, berpelukan, berciuman.

6 Ketika bertemu selalu dalam keadaaan punya wudhu atau tidak sedang hadats.

7 Tidak melupakan Allah Subhanahu Wata'ala. Ingat bahwa Allah Maha Mengetahui, Maha Melihat, Maha Mendengar.

Nah Sahabat filah, kalo dari ketujuh hal diatas sudah bisa dilakukan maka mungkin baru bisa dikatakan PACARAN itu boleh. Tapi permasalahannya adalah mana ada "PACARAN" (yang di pahami oleh sebagian besar orang2 didunia ini) dengan kriteria seperti diatas? iya kan? yang banyak orang pikirkan tentang PACARAN adalah PACARAN kudu gandengan tangan, PACARAN kudu berduaan, PACARAN kudu ditempat yang sepi dan romantis, PACARAN kudu berpelukan kalo saat berboncengan, PACARAN kudu hanya berdua saja. Nah kalo udah begitu, PACARAN ya HARAM. TIDAK BOLEH PACARAN.(gak mungkin kan..???)

Sahabat fillah..RENUNGKANLAH,
JANGAN pacaran lalu NIKAH. tapi harus NIKAH lalu PACARAN.
INGATLAH!!! jika sahabat tidak ingin berdosa maka jangan PACARAN. jika ingin mendapatkan pahala, maka menikahlah dan jauhi PACARAN.
Berusahalah untuk menjadi Muslim dan Muslimah yang selalu mengingat ALLAH Subhanahu Wata'ala. Jadilah Pria Muslim dan Wanita Muslimah yang sejati.

Sahabat fillah,
Afwan jiddan, Maaf banget kalo kata2nya banyak yang nyinggung atau kurang dipahami. Mari kita jaga hati kita agar selalu ta'at terhadap setiap PERINTAH dari ALLAH dan LARANGAN dari ALLAH Subhanahu Wata'ala.
semoga bermanfaat dan barokah.
Jika kita sering merasa galau maka perlu dipertanyakan iman kita. Salah satu indikator dari tengah menurunnya iman kita yakni selalu merasa sunyi, sepi, dan sendiri. Padahal Allah selalu ada untuk kita. Seorang muslim yg tengah dilanda berbagai permasalahan yg membuat dia risau dan gelisah obatnya hanyalah dengan senantiasa mengingat Allah. Yakin bahwa Allah selalu ada untuknya. Obat dari orang-orang yg sering galau yaitu mendekatkan diri pada Allah. Saat sepertiganya malam bangun dan sholat serta perbanyak berzikir dan membaca Al-Qur'an. Insya Allah jiwa akan terasa tentram. Dan tidak akan Galau lagi..
Belajar Bahasa Arab (I) :

Mana yang benar dari kalimat:
2 orang pengajar (wanita) itu hadir

a. المدرستان حاضرة (Al mudarrisataani haadirotun)
b. المدرستان حاضرتان (Al mudarrisataani haadirotaani)
c. المدرسة حاضرة (Al mudarrisatu haadirotun )
d. المدرسان حاضران (Al mudarrisaani haadirooni)
 
Belajar Bahasa Arab (II)

Khobar harus sama dengan mubtada' dalam hal :
1. Jenisnya : mudzakkar atau muannats
2. Jumlah ('adad)nya: mufrod, atau mutsanna, atau jama'

Contoh:
Dua orang pengajar (wanita) itu hadir

maka bahasa arabnya:

المدرستان حاضرتان (Al mudarrisataani haadirotaani)

alasan:
1. jenisnya sama-sama muannats
2. jumlah ('adad)nya sama-sama mutsanna

------------------------------------------------
Belajar bahasa Arab (III)

Mana yang benar dari kalimat:
Sesungguhnya kamu itu mulia

a. إنّكَ كريمٌ (Innaka kariimun)
b. إنّكَ كريماً (Innaka kariiman)
c. إنّكَ كريمٍ (Innaka kariimin)

-----------------------------------------

♥ Cintai Aku Dengan Ketulusanmu ♥

Bismillaahirrahmaanirrahiim


Saat kau mencintai seseorang..
Cintailah dia dg ketulusan yg muncul dari dalam hatimu..
Ketulusan berarti kau mencintai dg ikhlas..
Tanpa harus mengharap imbalan atau balasan darinya utk mencintaimu..

Dan ketika kamu benar" tulus mencintainya..
Maka kamu akan terlelap pada ketenangan yg muncul dari jiwamu..
Ketenangan yg selalu menyegarkan hatimu saat mulai melayu..
Sungguh ketulusan yg sebenarnya adalah..
Ketika kamu selalu berlaku hanya dan demi untuknya..
Walau dia tidak pernah lakukan hal itu padamu..
Ketulusan yg kau berikan kepadanya adalah..
Sebuah pembebasan dari duka dan deritamu..

Karena ketulusan yg telah kau tanam hanya berbuah kebahagiaan..
Bukan kekecewaan yg menyesakkan dada..
Justeru jika engkau banyak mengharap cinta dari orang yg kau cintai..
Engkau akan sering mengalami siksaan bathin..
Karena saat itu kekhuatiran dan kegelisahan..
Selalu mengikutimu kemana hatimu bergerak..
Saat itu pula cintamu tidak pernah tegak berdiri dalam jiwamu..
Dimana jiwamu sedang terumbang ambing..
Diantara perasaan takut jikalau dia tidak mencintaimu..
Bahkan membencimu..

Dengan gerak hatimu untuk selalu berlaku jujur pada orang yg kamu cintai..
Tanpa ketulusan engkau tidak akan pernah bisa mengecap betapa manisnya madu cinta..
Karena ketulusan ibarat cawan tempat engkau meneguk madu tersebut..
Dan jika engkau belum boleh berlaku jujur..
Lihatlah kedalaman hatimu..
Agar dapat kau fahami rahasia hatimu..
Hingga akan kau temui seberkas cahaya kesadaran..
Yang akan mendorong hatimu utk jujur dan tulus..

"Dan kejujuran adalah asas bagi cinta sejati yg selalu ada di hati seorang pencinta..
Percayalah bahwa ketulusanmu adalah nafas cintamu".

Salam Santun Erat Silaturahmi Dan Ukhuwah Fillah