.
Seorang Raja
di negara antah berantah mengutus seorang pejabat untuk memberikan
surat undangan kepada keluarga yang dianggap tauladan. Pergilah pejabat
itu mendatangi sebuah rumah keluarga terpandang.
Namun sayang
ketika masuk ke rumah itu, bukannya disambut dengan kehangatan malah
pertengkaran yang ada. Hanya gara – gara salah satu anggota keluarga itu
salah menempatkan gelas yang akhirnya
tertendang anggota keluarga lainnya, maka cacian dan makian serta saling
menyalahkan keluar dari mulut keduanya. Melihat suasana panas seperti
itu, sang pejabat kecewa dan akhirnya pamit.
Demi untuk
menyampaikan amanat Raja, pejabat itupun pindah menemui keluarga lainnya
yang dinilai cocok untuk menerima surat undangan itu.
Datanglah pejabat itu ke sebuah rumah lain.
Di depan rumah yang akan dikunjunginya itu, sang pejabat melihat seorang pemuda sedang mengepel lantai.
Di belakangnya terletak ember berisi air.
Tak lama kemudian kakak dari pemuda tadi lewat untuk menemui tamu.
Namun sayang karena terburu – buru maka ia pun menabrak ember tadi
hingga terjatuh. Sang pemuda segera memburu kakaknya.
“Maaf Kak…aku yang salah. Lantainya masih basah Kakak jadi kepeleset deh.”
“Tenang saja..bukan kamu yang salah kok. Kakak tadi jalan terburu –
buru jadi ngga liat ember. Aku ngga apa – apa kok, udah terusin aja
ngepelnya.”
Melihat dua peristiwa yang berbeda dalam satu hari membuat sang pejabat ini mengerti mengapa keluarga ini disanjung.
Keluarga ini rukun, kompak dan saling menyayangi. Entah siapa yang
salah, mereka saling mendahului meminta maaf. Kemudian pejabat itupun
merasa bahwa keluarga inilah yang pantas untuk menerima undangan Raja.
Renungan :
Manusia dalam kehidupan sehari – hari cepat sekali panas hanya karena
masalah kecil. Bahkan dalam skala besar bisa menimbulkan perang. Semua
ini berpangkal pada keinginan memuaskan ego atau gengsi manusia yang
merasa menang sendiri. Jika masalah ego ini tidak segera ditangani maka
akan timbul dendam dan penderitaan yang berkepanjangan.
Jika
manusia mampu meredam ego untuk menang sendiri dan berinisiatif mengakui
kesalahan sendiri serta mau segera meminta maaf atas kesalahan yang
dibuatnya, maka permusuhan bisa diredam dan dihilangkan. Sebagai
gantinya maka akan timbul kedamaian dan keharmonisan seutuhnya. Dan ini
akan membuat kita lebih mudah bergaul dan diterima di lingkungan manapun
kita berada.
*friska fiyana :)*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar